dalam ingarnya kepalamu
ada sepi yang selalu hidup kembali meski sudah kau bunuh berkali-kali
di sudut kamarmu yang lembab
bertumpuk pakaian lama yang tidak lagi kau suka
tapi menolak kau buang
tidak ada bedanya dengan sudut matamu yang sembab
tahunan dibasahi kenangan yang tidak ada surutnya
langit-langit kamarmu yang kau ajak bicara
bergeming mendengar semua tanya tanpa jeda
apa jadinya jika maaf itu sekali lagi diucapkan
atau jika rindu itu disampaikan dengan berani
atau mungkinkah di kehidupan yang lain
segala yang kau harap
tidak jadi sebegini parah
pada singkatnya tatap itu,
tanda tanya jadi yang hadir paling awal
berbaris di belakangnya kesalahan yang itu-itu saja
kau dan aku sibuk dengan luka masing-masing
remuk yang kau bawa berlari itu
tidak akan membawamu ke mana-mana
tidak kepada sembuh
tidak kepada utuh
jika waktu direntangkan seribu tahun lagi,
maka selama itu kuharap pada akhirnya kau mengerti
ini bukan tentang siapa yang puisi jatuh cintanya paling panjang
ini hanya tentang siapa yang sedihnya paling kau kenali
--meski ia berganti baju berkali-kali